Salah satu keinginan terbesar bagi para orang tua adalah melihat anak-anaknya bisa segera membaca bahkan gemar membaca. Bisa membaca dan gemar membaca jelas berbeda. Dibutuhkan suatu usaha bagi para orang tua agar kebiasaan membaca menjadi hal yang mengasyikan bagi anak sehingga menumbuhkan rasa gemar dan cinta anak pada buku hingga dewasa nanti.
Menurut para ahli, usia 1-5 tahun adalah masa emas (golden age) dalam perkembangan kecerdasan seorang anak. Selain makanan bergizi, dibutuhkan pula rangsangan-rangsangan dari luar yang mampu menstimulasi perkembangan otak balita hingga maksimal. Rangsangan itu bisa berupa buku-buku yang bermutu (bukan hanya bagus karena banyak buku yang bagus tapi tidak bermutu).
Anak “Meniru” orang tuanya
Salah satu proses pembentukan tingkah laku anak diperoleh dengan cara meniru. Anak-anak yang gemar membaca umumnya adalah anak-anak yang lingkungan sekelilingnya suka membaca pula. Mereka meniru kebiasaan ibu, ayah, kakak atau orang lain di sekitarnya yang suka membaca. Dengan demikian, orang tua dituntut tidak hanya menuntut anak, namun dapat memberi teladan yang baik, termasuk perilaku bersemangat mempelajari hal-hal baru. Memerintah anak berhenti main play station sementara Anda asyik di depan TV menonton film kesukaan, adalah contoh tauladan yang tidak benar. Keteladanan orang tua adalah hal yang penting dalam membuat anak gemar membaca. Apalagi sekarang sudag terjadi pergeseran konsep, dari pengasuhan motherhood menjadi parenthood. Konsep baru ini menitikberatkan pada peran orang tua, dan membuka peluang bagi keterlibatan ayah.
Sosok “Ayah” bagi sang anak
Ikatan antara ayah dan anak diakui memberikan warna tersendiri dalam pembentukan karakter anak. Hal ini dikarenakan karakter pria yang berbeda dengan sosok wanita yang akan memberikan sumbangan unik pada anak. Ayah membantu anak bersifat tegar, kompetitif, menyukai tantangan, dan senang bereksplorasi. Jika ibu memerankan sosok yang memberikan perlindungan dan keteraturan, sedangkan ayah membantu anak bebas bereksplorasi dan menyukai tantangan. Jika anak diasuh oleh keduanya secara optimal, maka akan terbentuk rasa aman dan percaya dalam diri anak.
Selain itu berdasarkan penelitian, dilihat dari sejarah kedekatan ayah-anak, anak perempuan yang dekat dengan ayahnya kelak memiliki keinginan berprestasi tinggi dan berani bersaing. Persepsi ayah saat memandang anak perempuannya akan menumbuhkan konsep diri, merasa layak dihormati, dan memiliki kompetensi. Anak perempuan akan cenderung terhindar dari hubungan pacaran yang tidak sehat, karena bisa menghargai diri sendiri seperti halnya ayah menghargainya.
Begitu pun bila ayah dekat dengan anak lelakinya, maka kemungkinan anak tersebut terjebak dalam masalah kenakalan remaja sangat kecil peluangnya. Ini disebabkan anak lelaki meniru model acuannya, yaitu ayahnya sendiri yang membantu anak berkembang. Anak akan lebih mudah menyerap nilai-nilai yang diberikan sang ayah pada dirinya.
Asyik Membaca bersama anak
Idealnya keterlibatan ayah dalam membangkitkan minat baca anak harus sudah dimulai sejak si kecil lahir, tetapi, banyak pria yang tidak cukup percaya diri menangani anak-anak dengan segala keunikan karakter mereka. Namun, tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai aktivitas bersama anak.Berikut beberapa aktivitas yang bisa dilakukan oleh sang ‘Ayah’, atau bersama-sama oleh kedua orang tua, agar si ‘anak’ dapat asyik dan bergairah membaca serta mencinta buku :
1. Mengenalkan Buku sejak lahir
Dari buku “Mendidik Anak dalam Kandungan” tulisan Ubes Nur Islam dikatakan bahwa bayi sudah bisa menyerap informasi melalui pengalaman- pengalaman sensasi yang diberikan sang ibu. Bahkan sang ayah bisa diajak bersama-sama berkomunikasi dengan si bayi. Eluslah perut anda, cari kepala sang bayi dan berkatalah padanya dengan lembut, “Nak, mari kita membaca bersama-sama. Ini ayahmu juga ada di sini. Kali ini ibu akan membacakan kisah nabi Musa as. Dengarkan baik-baik ya.” Beritahukan pada sang bayi bahwa anda sedang membaca untuknya. Nikmati sendiri, kaki bayi akan menendang-nendang tanda ia merespons kegiatan membaca tersebut.
2. Biasakan menunjukkan buku untuk si kecil
Buku-buku untuk balita biasanya memakai kertas yang lebih tebal dibanding buku umum lainnya. Istilahnya board book. Anda harus membaca kembali board book misalnya tentang binatang yang sudah sering anak anda dengar. Gunakan suara dan gerakan agar anak bisa asyik menedengarkan. Misalnya Anda membaca ‘je-ra-pah’ dengan lantang, tirukan bentuk jerapah dengan tangan anda. Kalau perlu perdengarkan suara asli jerapah padanya. Ketika membaca ‘si-nga’ bedakan nada suara anda dan mengaumlah untuk menunjukkan suara singa yang asli. Anda bisa memakai boneka binatang jika perlu. Balita anda akan mudah mengingat gerakan serta suara anda dan menirunya. Setiap kali ia membawa-bawa board booknya untuk diperlihatkan pada orang lain, ia dapat meniru kata tersebut. Inilah awal ia mencintai buku
3. Mendongeng Sebelum tidur
Seorang teman bercerita : “Abi..abi..umi..umi..cerita…cerita…”, rengekan anakku ketika aku mulai mengantuk setelah sekitar 15 menit mendongeng cerita seorang nabi. Mohammad Fauzil Adhim, dalam bukunya yang berjudul Positive Parenting, mengatakan bahwa karakter berbagai bangsa banyak dipengaruhi oleh berbagai cerita yang mereka dengar saat masih kecil. Tak heran bila kitab suci seperti Al-quran memuat beragam cerita nyata yang dapat dijadikan hikmah dan pelajaran bagi pembacanya. Dongengkan cerita pada anak kita menjelang tidur.
4. Berkunjung ke Toko Buku
Biasakan ada jadwal rutin ke toko buku dan kita ajak anak-anak kita. Berikan keleluasaan si anak untuk memilih buku sendiri tapi tetap memberikan ide buku apa yang boleh dibaca anak-anak atau tidak.
5. Mendapatkan buku Murah
Membaca buku toh tidak harus membeli buku, kita bisa membiasakan anak kita pergi ke perpustakaan dan meminjam beberapa buku yang baik untuknya. Jika memang harus beli kita bisa ajak ke Toko buku bekas atau pameran yang memberi diskon dan kita memborong beberapa buku sedikit agak banyak untuk anak kita.
Ingat, orangtua tidak bisa memiliki anak-anak yang gemar membaca apabila dirinya sendiri tidak suka dan rajin membaca. Anak-anak meniru tingkah laku orang-orang di sekitarnya, terutama orangtua. Inginkah anda memiliki anak-anak yang gemar membaca? Jadikan buku sahabat anda sekeluarga, dan ikuti kiat di atas tadi. Selamat membaca.